PENGABDIAN DI PULAU SURGA
Peradaban
suatu bangsa ditentukan oleh kualitas pendidikannya, untuk menjamin kualitas
pendidikan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia, Pemerintah melalui Kemristekdikti menggagas
salah satu program dalam bidang pendidikan yaitu program Maju Bersama
Mencerdaskan Indonesia (MBMI) Sarjana Mendidik Daerah Terdepan, Terluar dan Teringgal
(SM3T). Program ini memberikan kesempatan kepada para sarjana pendidikan untuk
mengabdi menjadi tenaga pendidik di sekolah yang berada di daerah plosok Indonesia.
Tujuan program ini yaitu menjamin akses kualitas pendidikan yang merata bagi
seluruh rakyat Indonesia.
“Sebaik-baik
orang adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain (HR Thabrani)”. Hadist
inilah yang menjadi motivasi penulis untuk mengikuti program SM3T, karena
menurut hemat penulis, bermanfaat bagi orang lain bukan hanya melalui materi
tetapi dapat dilaksanakn melalui dedikasi yang tulus, pengabdian dan penanaman
nilai-nilai kemanusiaan kepada orang lain. melalui program ini, penulis berharap
bisa bermanfaat bagi anak-anak yang berada di pelosok Negeri
1.
Sosial
Pendidikan
Saya bertugas di Sekolah Dasar Negeri 15
Kabupaten Sorong. Sekolah ini terletak disebuah pulau yang dikenal sebagai
pulau penghasil minyak terbesar di Papua yaitu Pulau Salawati, di pulau ini
terdapat 3 perusaha minyak skala internasional yang sedang beroperasi hingga
saat ini yaitu Petrogas (Singapura), Petrocina (Cina) dan Pertamina
(Indonesia). Pulau ini sebagian besar daratannya adalah hutan yang ditumbuhi
oleh sebagian besar pohon Sagu dan pohon Merbabu (kayu besi). Tepatnya SD
Negeri 15 Kab Sorong ini berada di kampung Maralol, Distrik Salawati Tengah.
Kabupaten Sorong. Provinsi Papua Barat.
Waktu perjalanan yang harus ditempuh
dari pusat Kota Sorong menuju ke Kampung Maralol adalah sekitar 5 jam. Penulis berangkat
dari pusat kota dengan menggunakan taksi pada pukul 13.00 dan sampai di tempat
penyebrangan atau yang biasa orang-orang disana menyebutnya yatu KMT (Kasim Marine Terminal) pada Pukul 16.00, sesampai di tempat penyebrangan
tersebut, penulis harus menunggu kapal boat
milik perusahaan yang biasa beroperasi pada pukul 17.00 untuk menyebrang ke
pulau salawati, penyebrangan ini memakan waktu sekitar 30 menit, sesampai di
pulau salawati, penulis harus menunggu Bus milik perusahaan yang akan mengantar
karyawan yang sudah cuti dan ikut menumpang karna rute bus tersebut akan
melewati jalan didepan kampung Maralol. Perjalanan akan memakan waktu sekitar
30 menit untuk sampai dikampung.
Suku yang mendiami kampung maralol
adalah Suku MOI, suku asli Papua. Masyarakat di Kampung Maralol mayoritas
berprofesi sebagai karyawan kontrak perusahaan minyak Petrocina, dan sebagiannya lagi menjadi nelayan dan petani. Mayoritas
agama masyarakat dikampung ini yaitu kristen, hanya beberapa orang yang bergama
islam, itupun bukan penduduk asli tetapi pendatang yang ingin bekerja di
perusahaan dan menetap sementara di kampung ini. Tansportasi utama adalah laut,
meskipun ada jalan darat tetapi jalan tersebut dugnakan untuk operasional
perusahaan, sehingga hanya sebagian kecil masyarakat yang menggunakan jalan
darat.
Pola pikir masyakrat di Kampug ini cukup maju
(semi moderen), hal itu disebabkan oleh akulturasi budaya dan intraksi di lingkungan
pekerjaan antara karwayan pendatang dengan penduduk asli, mayoritas karyawan
perusahaan minyak tersebut berasal dari Sumatra, Sulawesi dan Jawa. Secara
tidak langsung instraksi sosial terjadi baik dilingkungan kerja maupun diluar.
Penduduk asli dikampung ini dalam aktifitas sehari-hari identik dengan
masyarakat perkotaan hal itu terlihat dari cara berpakaian yang wajar,
mayoritas masyarakatnya sudah mengenal dan menggunakan Handpone, Laptop dan
perangkat eletronik lainnya,
Sekolah Dasar Negeri 15 Kab. Sorong
tepat berada di kampung ini, penulis menghabiskan waktu 1 tahun untuk mengabdi,
memberikan semangat, motivasi kepada peserta yang hanya berjumlah 30 orang dari
kelas 1 sampai 6. disekolah ini terdapat
4 orang guru dan kepala, tetapi 2 orang guru lebih banyak menghabiskan waktu di kota. Kepala sekolah juga sangat jarang
berada disekolah, Persis penulis lebih banyak mengajar sendiri.
Backround
pendidikan
saya adalah keguruan dengan disiplin ilmu pendidikan pancasila dan kwarganegaraan
(PPKn) dan dipersiapkan untuk menjadi guru PPKn dijenjang pendidikan menengah,
karna untuk jenjang Sekolah Dasar sudah mempunyai disiplin keilmuan sendiri.
Ini menjadi tantangan sekaligus motivasi buat penulis karena tidak mudah untuk
memahami dan mengajar pada anak seusia Sekolah Dasar.
Penulis mengajar setiap hari dari hari
senin sampai hari sabtu, mengajar dari kelas 1 sampai 6 menggunakan model kelas
rangkap yaitu 6 kelas penulis membagi menjadi 2 kelas pelajaran yang sama,
tetapi dengan materi yang berbeda sesuai dengan jenjang kelas. tidak mudah
membelajarkan anak dengan model ini, selain kurang kondusif, model ini juga
berpengaruh terhadap kondisi psikologis anak, tetapi bagi penulis tidak ada
cara lain, sehingga dengan semua keterbatasan fasilitas dan kemampuan penulis
sebagai guru. model ini tetap digunakan hingga 1 tahun masa pengabdian.
Kendala yang paling berat dihadapi
adalah masih banyak siswa dari kelas 1 sampai 6 yang belum mampu menguasai 3
kemampuan dasar yaitu membaca, menulis
dan menghitung, setelah penulis melakukan observasi ternyata hampir semua
peserta didik tidak pernah belajar dirumah, praktis mereka hanya belajar ketika
disekolah, diluar sekolah mereka lebih banyak bermain, pergi membantu orang
tuanya ke hutan. Atas dasar kondisi ini, penullis membuat jadwal belajar malam
secara bergiliran kepada peserta didik untuk belajar membaca, menulis dan
menghitung, dan alhamdulillah kegiatan ini berjalan dan membuahkan hasil yang
maksimal. Selain itu, penulis juga membuat les bahasa inggris, tujuannya
walaupun tidak sampai mahir, paling tidak mereka sudah mengenal mata pelajaran
bahasa inggris.
Mengajar anak-anak seusia sekolah dasar
tidak mudah, apalagi dengan watak dan karakter anak pulau yang selalu diajarkan
untuk hidup keras, fasilitas yang kurang memadai, keberadaan guru yang tidak
menentu, kondisi ini secara tidak
langsung mengganggu psikologi dan pandangan mereka terhadap pentingnya pendidikan.
diperlukan kesabaran, niat yang tulus untuk mengabdi, mendidik mereka. Apa yang
pemerintah berikan melalui program ini bukan serta merta merubah kehidupan
mereka, karena tidak mungkin dengan kurun waktu 1 tahun kita mampu merubah
mereka, tetapi hal yang paling penting bahwa program ini mampu membuka wawasan
mereka tentang pentingnya pendidikan untuk masa depan dan setiap warga negara
indonesa mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pendidikan.
2.
Sisi
lain kehidupan di Kampung Maralol
Kendala
yang dihadapi baik oleh penulis maupun oleh masyakat yang tinggal dikampung ini
yaitu kurangnya ketersediaaan kebutuhan seperti air, listrik, jaringan
komunikasi dan bahan makanan pokok.
a. Listrik
Masyarakat
dikampung ini menggunakan panel surya
(tenaga matahari) sebagai penerangan, sehingga ketika musim penghujan, hampir
tidak ada penerangan dikampung ini, karena tidak ada asupan energi matahari
pada panel surya. Ada beberapa orang menggunakan generator, masyarakat
memanfaatkan ini untuk menginsi batre HP, menonton televisi.dll. dan generator
ini hanya menyala dimalam hari sampai jam 11 malam.
b. Air
bersih
Sumber air dikampung ini adalah Sumur, airnya
berwarna kuning keruh dan berbau, untuk mendapatkan air bersih, air sumur
terlebih dahulu di saring menggunakan drem yang berisi pasir dan kerikil.
Airnya yang dihasilkan ini digunakan
untuk mandi dan mencuci. Kemudian untuk memasak dan minum, air hasil
penyaringan itu didiamkan selama 2 hari menggunakan drem penampungan, sehingga baru bisa digunakan. Beberapa orang juga
mengambil air bersih siap pakai di perusahaan, tetapi itu diperuntukkan untuk
karyawan, jadi, mayoritas masyarakat dikampung ini mengandalkan air sumur
sebagai sumber mata air sehari-hari.
c. Jaringan
komununikasi (signal)
Jaringan
komunikasi (signal) dikampung ini berada ditempat-tempat tertentu,
tetapi masih bisa dijangkau masyarakat kampung, dan jaraknya juga tidak terlalu
jauh dari kampung. Kualitas singnal juga tergantung dari jenis HP yang
digunakan, HP yang cepat mendapatkan singnal dikampung ini yaitu merek Nokia
dan Samsung. Selain itu agak susah.
d. Bahan-bahan
makanan pokok.
Kebutuhan
bahan makanan pokok dikampung ini terbilang cukup terbatas, hal ini disebabkan
karena kampung ini berada disebuah pulau terpisah dengan kota, sehingga
pengiriman barang seringkali terkendala cuaca dilaut, alat transportasi yang
digunakan adalah perahu dan kapasistasnya kecil. Bahan-bahan makan yang banyak
dijual dikampung ini yaitu beras, mie instan, gula, tepung dan snack. Sisanya
seperti bumbu-bumbu, sayur-sayuran semuanya kita dapatkan di kota.
Masyarakat
dikampung ini cukup peduli terhadap pendidikan anak-anak meraka, hal itu
dibuktikan dengan besarnya antusiasme masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di
sekolah-sekolah maupun Perguruan Tinggi di Kota Sorong. Untuk Pendidikan Dasar,
sebagian besar masyarakat dikampung iini menyekolahkan anaknya di disekolah
dasar dikampung ini yaitu SDN 15 Kab.Sorong. bentuk sekolahnya permanen dan
memiliki sarana dan prasarana yang cukup lengkap.
Masyarakat
kampung maralol pada umumnya sangat menerima dengan baik guru-guru SM3T yang
bertugas dikampung ini, walaupun tidak dengan materi, tetapi mereka cukup
memperhatikan keberadaan guru-guru SM3T. Mereka sangat berterimaksih atas
kedatangan guru-guru SM3T karna sangat membantu dalam mengajar dan membimbing
anak-anak mereka baik disekolah maupun diluar jam sekolah, sehingga kedepan
mereka berharap guru-guru SM3T akan tetap ada dan bertugas dikampung ini,
maupun sekolah dikampung lain se-Papua Barat
Secara
keseluruhan, saya merasa senang dan menikmati pengabdian saya sebagai guru SM3T
Udiksha angkatan ke-5 di SDN 15 Kab Sorong, Kampung Maralol, Distrik Salawati
Tengah, Kab Sorong, Papua Barat. Walaupun pada umumnya kondisi dikampung ini
sangat jauh berbeda dengan kehidupan diperkotaan, tetapi inilah konsekuensi
yang harus kami terima sebagai bagian dari pengabdian dan tugas kami sebagai
Guru SM3T.
SALAM MBMI....!!!!
TENTANG
PENULIS
NAMA
:MOH, SYAKRONI, S.Pd
E-MAIL
:mohsyakroni@gmail.com
NO
HP :087848962537
ALAMAT
:Dusun ajan, Desa loyok, Kecamatan
Sikur, Kab Lombok Timur. Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
MOH
SYAKRONI atau akrab dipanggil RONI. Lahir di Lombok, 31 Desember 1992.
menyelesaikan jenjang pendidikan dasar di SDN 5 LOYOK (2004), MTs NW Loyok (2007) dan MA MU’ALLIMIN
NW Pancor (2010), UNIVERSITAS MATARAM. NTB (2015). Saat ini penulis sedang menempuh
program pendidikan profesi guru (PPG pasca SM3T angaktan V) di Universitas
Pendidikan Indonesia. Bandung dengan program studi yaitu pendidikan pancasila
dan kwarganegaraan (PPKn)